User Icon Hai pembaca setia! Temukan solusi media online Anda di AMK WebDev.
News  

Jangan Tunda Belajar Agama

Oleh: Dwi Taufan Hidayat

DI ERA serba mudah ini, kita dimanjakan oleh teknologi, informasi, dan hiburan yang bisa diakses kapan saja. Namun, di tengah semua kemudahan itu, justru muncul fenomena aneh: semakin sedikit orang yang bersemangat belajar agama. Padahal, ilmu agama adalah bekal utama untuk perjalanan panjang setelah kematian, bukan sekadar pengetahuan tambahan.

Kita hidup di zaman di mana hampir semua hal bisa dipelajari lewat gawai. Materi kuliah, keterampilan bisnis, resep masakan, bahkan bahasa asing semua tersedia. Tapi mengapa saat berbicara soal agama, banyak yang menunda? Seakan-akan belajar agama hanya tugas para ustadz, santri, atau orang yang sudah “tobat”. Padahal Allah mewajibkan setiap Muslim untuk memahami agama-Nya.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ”
“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah)

Perhatikan kata “setiap Muslim”. Tidak ada pengecualian berdasarkan pekerjaan, usia, atau latar belakang pendidikan. Bahkan, orang yang sibuk bekerja tetap memiliki kewajiban ini. Sebab, kelak ketika kita berdiri di hadapan Allah, pertanyaannya bukanlah “Berapa gajimu?” atau “Apa jabatanmu?”, melainkan “Apa yang telah kamu lakukan untuk mengenal-Ku dan agama-Ku?”

Allah Ta’ala mengingatkan:
﴿فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ﴾
“Maka ketahuilah, bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah.” (QS. Muhammad: 19)

Ayat ini menunjukkan bahwa sebelum beramal, kita harus berilmu. Tidak mungkin ibadah menjadi benar tanpa ilmu. Shalat, puasa, zakat, bahkan akhlak sehari-hari, semua memiliki aturan yang diajarkan Rasulullah ﷺ.

Seringkali alasan yang muncul adalah “nanti saja, kalau sudah tua” atau “tunggu waktu luang”. Padahal, siapa yang menjamin bahwa nanti akan datang? Allah berfirman:
﴿وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ﴾
“Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui apa yang akan diusahakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.” (QS. Luqman: 34)

Penundaan adalah tipu daya setan. Hari ini kita berkata “nanti”, besok kita berkata “belum sempat”, lalu waktu habis tanpa terasa. Imam Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Wahai anak Adam, engkau hanyalah kumpulan hari. Setiap kali satu hari berlalu, maka sebagian dari dirimu ikut pergi.”

Belajar agama tidak selalu berarti duduk di majelis setiap hari atau menghafal banyak kitab sekaligus. Mulailah dari yang sederhana: belajar wudhu yang benar, memperbaiki bacaan shalat, memahami makna surah Al-Fatihah, atau menghafal doa-doa harian. Rasulullah ﷺ bersabda:
“أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ”
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang dilakukan terus-menerus, meskipun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Konsistensi adalah kuncinya. Tidak ada faedahnya belajar satu malam penuh tapi kemudian berhenti berbulan-bulan. Lebih baik memulai dari lima menit sehari, asalkan hati ikhlas dan langkah istiqamah.

Kita juga harus mengingat bahwa ilmu agama akan menjadi cahaya di dunia dan akhirat. Rasulullah ﷺ bersabda:
“مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ”
“Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Perhatikan, mencari ilmu bukan sekadar kewajiban, tapi juga jalan menuju kemudahan akhirat. Ilmu membuat kita tahu mana yang halal dan haram, mana yang utama dan sia-sia, mana yang membawa kita pada ridha Allah dan mana yang menjerumuskan ke murka-Nya.

Sayangnya, banyak orang yang belajar semua hal kecuali agama. Mereka menguasai strategi bisnis, tren teknologi, bahkan gosip selebriti, tapi tidak tahu bagaimana cara tayamum yang benar ketika air tidak ada. Mereka tahu cara investasi saham, tapi tidak tahu hukum riba. Mereka hafal lirik lagu, tapi tidak hafal makna surat Al-Ikhlas.

Allah Ta’ala memperingatkan:
﴿أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ ۝ حَتَّىٰ زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ﴾
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.” (QS. At-Takatsur: 1-2)

Ayat ini menegur kita agar tidak terperangkap dalam kesibukan dunia yang membuat lupa mempersiapkan bekal. Sebab, di liang lahat nanti, tidak ada gelar yang menolong, kecuali ilmu yang telah diubah menjadi amal.

Oleh karena itu, jangan tunggu nanti. Nanti itu belum tentu datang. Mulailah hari ini. Carilah guru yang benar, bacalah kitab yang shahih, hadirilah majelis ilmu, atau minimal manfaatkan teknologi untuk mengakses kajian dari ulama yang terpercaya. Jangan biarkan hidup berakhir tanpa bekal yang cukup untuk perjalanan ke akhirat.

Kita tak akan ditanya, “Berapa penghasilanmu?”, “Di mana kantormu?”, atau “Apa gelarmu?”. Tapi kita akan ditanya, “Bagaimana kamu menghabiskan ilmumu?” dan “Mengapa kamu tidak belajar tentang agama ini?” Jawaban terbaik hanya bisa diberikan oleh mereka yang sejak di dunia sudah bersungguh-sungguh mencari ilmu, meski sedikit, tapi istiqamah.

AMK WebDev

Bangun portal berita profesional & ringan.

💬 Konsultasi Globe News

Media Online Siap Pakai

Desain menarik, panel redaksi, dan dukungan SEO.

📞 Hubungi Kami News Globe