Oleh: Dwi Taufan Hidayat
TIDAK ada manusia yang luput dari dosa. Namun, dalam samudra kesalahan yang kita ceburi, rahmat Allah justru terbentang lebih luas dari apa pun yang bisa kita bayangkan. Di saat kita merasa terlalu kotor untuk kembali, justru di situlah pintu ampunan sedang terbuka lebar.
Allah tidak pernah membenci hamba-Nya. Yang dibenci-Nya adalah dosa yang dilakukan oleh hamba-hamba itu. Namun, bukan berarti pelaku dosa otomatis dibuang atau ditolak. Justru, mereka adalah tamu-tamu istimewa di sisi-Nya saat mereka mengetuk pintu tobat. Karena Allah tidak melihat masa lalu seseorang saat ia benar-benar ingin berubah.
Allah ﷻ berfirman:
قُلْ يَا عِبَادِيَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ
“Katakanlah (Muhammad), ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.’” (QS. Az-Zumar: 53)
Ayat ini adalah pelukan hangat bagi siapa pun yang pernah merasa kehilangan arah. Ia menjadi isyarat bahwa harapan selalu ada. Tidak peduli seberapa dalam luka atau seberapa gelap masa lalu. Allah menunggu kita kembali.
Sering kali manusia menunda-nunda tobat. Merasa masih muda, masih sehat, atau masih ingin menikmati dunia. Tapi siapa yang menjamin bahwa esok masih akan datang?
Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ
“Sesungguhnya Allah menerima tobat seorang hamba selama nyawa belum sampai di tenggorokan.” (HR. Tirmidzi no. 3537)
Selama ajal belum datang, pintu itu masih terbuka. Tapi saat ruh sudah digiring keluar dari jasad, semua terlambat. Tobat tak lagi diterima, amal tak bisa ditambah, dan sesal hanya tinggal sia-sia.
Inilah urgensi dari menyegerakan taubat. Jangan menunggu hati siap. Jangan menunggu dosa berhenti datang. Tobat bukan hasil dari sempurna, tapi dari sadar bahwa kita lemah dan tak mampu berjalan sendirian.
Dosa bisa membuat hati keras dan gelap. Tapi tobat bisa melembutkannya kembali. Maka jangan biarkan dosa menjadi warisan kita yang terakhir sebelum mati.
Dalam hadis qudsi, Allah ﷻ berfirman:
يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ، وَلَا أُبَالِي
“Wahai anak Adam, selama engkau berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku, Aku akan mengampuni dosa-dosamu walau sebanyak apa pun itu, dan Aku tidak peduli.” (HR. Tirmidzi no. 3540)
Ayat dan hadis-hadis ini adalah bukti nyata betapa Allah tidak pernah lelah menanti kita pulang. Seburuk apa pun kita, selama tidak mempersekutukan-Nya dan tidak meninggal dalam kekafiran, kita selalu punya kesempatan.
Tapi ingat satu hal penting: Allah Maha Pengampun, bukan berarti kita bebas berbuat dosa terus-menerus. Tobat harus diiringi niat tulus, penyesalan yang dalam, dan tekad kuat untuk tidak mengulanginya lagi.
Allah ﷻ berfirman:
وَٱلَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا۟ فَـٰحِشَةً أَوْ ظَلَمُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا۟ ٱللَّهَ فَٱسْتَغْفَرُوا۟ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ إِلَّا ٱللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلُوا۟ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka ingat Allah lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali ‘Imran: 135)
Dalam kehidupan nyata, banyak orang yang berubah justru setelah mengalami titik terendah. Saat semua sudah hancur, saat tak ada tempat lain untuk bersandar, saat itulah mereka datang kepada Allah dengan linangan air mata dan kesungguhan. Dan justru saat itulah kehidupan mereka berubah drastis.
Maka jika hari ini engkau masih diberi kesempatan membaca ini, sadarilah bahwa Allah sedang mengetuk hatimu. Ini adalah waktu terbaik untuk kembali.
Bukan nanti. Bukan besok. Tapi sekarang.
Karena yang paling menyakitkan bukanlah dosa yang pernah kita lakukan, tapi ketika kita sadar terlambat dan tak ada waktu lagi untuk memperbaikinya.
Mari kita jadikan hidup ini ladang tobat. Kita mungkin terjatuh lagi. Tapi jangan menyerah untuk bangkit. Allah tak melihat berapa kali engkau jatuh, tapi seberapa sering engkau kembali dalam sujud dan air mata.
Ingatlah firman Allah:
وَإِنِّى لَغَفَّارٌۭ لِّمَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَـٰلِحًۭا ثُمَّ ٱهْتَدَىٰ
“Sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi siapa yang bertobat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap dalam petunjuk.” (QS. Thaha: 82)
Penutup dari semua ini: Allah tidak akan menolak siapa pun yang ingin kembali, kecuali satu hal ajal datang sebelum kita sempat menyadari bahwa kita selama ini jauh dari-Nya.
Semoga kita semua tidak termasuk dalam golongan yang terlambat menyadari, dan semoga hati kita selalu diberi kekuatan untuk kembali kepada-Nya dalam keadaan terbaik.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ التَّوَّابِينَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ المُتَطَهِّرِينَ
“Ya Allah, jadikanlah kami termasuk golongan orang-orang yang senantiasa bertobat dan bersuci.”